This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

31 August 2018

Istana Siapkan Bonus Atlet Berprestasi di Asian Games 2018

Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia peraih medali emas Asian Games 2018 Jonatan Christie melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih saat upacara penyerahan medali di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018). ANTARA FOTO/INASGOC/Nafielah Mahmudah/tom/18.

Istana memastikan telah menyiapkan bonus bagi atlet berprestasi di Asian Games 2018. Sekretaris Kabinet Pramono Anung memastikan besar bonus sudah dihitung oleh Menteri Keuangan dan Menteri Pemuda dan Olahraga.

Pramono menegaskan saat gelaran olahraga terbesar kedua di dunia ini selesai, bonus yang telah dijanjikan kepada atlet yang mendapat medali langsung dibagikan.

"Begitu penutupan selesai, anggarannya sudah ada dan segera dibagikan. Yang jelas anggarannya sudah ada, siapa pun yang berprestasi, baik yang meraih medali emas, perak, maupun perunggu, akan mendapatkan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Menpora," ungkap Pramono, Rabu (29/8/2018).

Pada kesempatan itu, Pramono juga mengapresiasi para atlet yang telah berjuang dan memperoleh prestasi yang membanggakan negara.

"Per hari ini, Asian Games, kita sudah mendapatkan 25 medali emas dan itu prestasi yang sangat membanggakan dan luar biasa," katanya.

Pramono berharap para atlet bisa mempertahankan posisi ranking empat perolehan medali di Asian Games 2018.

"Atlet-atlet kita hingga hari ini telah memberikan yang terbaik. Kalau kita bandingkan dengan tiga Asian Games sebelumnya, yaitu tahun 2006, 2010, 2014 prestasi kita sekarang luar biasa," katanya.

Pramono mengungkapkan keberhasilan para atlet ini karena keberhasilan manajeman penanganan atlet.

"Proses manajemen penanganan ahli cabang-cabang olahraga yang diubah oleh Presiden. Dulu pembinaan secara berjenjang termasuk uang untuk pembinaan atlet, itu juga berjenjang ke KONI. KONI kemudian ke induk organisasi atlet. Sekarang ini kan langsung sehingga transparasi ada dan di situ merasa mendapatkan perhatian," jelasnya.

Pramono juga mengapresiasi dukungan publik yang luar biasa sehingga memompa semangat para atlet untuk mencapai prestasi.

"Dukungan publik begitu luar biasa. Dan, ini kalau mau ditanya, siapa ini, prestasi bersama bangsa," katanya. 

>> tirto.id

Bonus Atlet dan Pelatih Asian Games 2018 dari Rp25 Juta-Rp1,5 M

Presiden Indonesia Joko Widodo memberi ancungan jempol saat  Lindswell Kwok, atlet wushu Indonesia setelah penampilannya di nomor cabang Taijijian Putri Wushu Asian Games 2018 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8/18). AP Photo / Aaron Favila

Pemerintah memastikan bonus kepada para peraih medali Indonesia dalam Asian Games 2018 akan dicairkan pekan depan, yaitu untuk peraih medali emas perorangan akan mendapatkan bonus Rp1,5 miliar, perak Rp500 juta, dan peraih medali perunggu Rp250 juta.

Adapun mengenai besaran jumlah bonus, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dalam siaran persnya Jumat (31/8/2018) pagi merincikan sebagai berikut:

  1. Peraih Emas perorangan mendapatkan Rp1,5 miliar, Peraih Medali Emas untuk Pasangan/Ganda sebesar Rp1 miliar per-orang, dan Emas beregu Rp750 juta per-orang.
  2. Peraih perak perorangan mendapatkan Rp500 juta, Perak untuk Ganda sebesar Rp400 juta per-orang, dan perak beregu Rp300 juta per-orang.
  3. Untuk peraih perunggu perorangan mendapatkan Rp250 juta, Perunggu Ganda Rp200 juta per orang, dan peraih perunggu beregu sebesar Rp150 juta per orang.
  4. Untuk pelatih dan asisten pelatih: para pelatih perorangan/ganda mendapatkan Rp450 juta untuk emas, Rp150 juta untuk perak, dan Rp75 juta untuk perunggu.
  5. Untuk pelatih beregu mendapatkan Rp600 juta untuk emas, Rp200 juta untuk perak, dan Rp100 juta untuk perunggu.
  6. Untuk setiap medali kedua dan seterusnya, para pelatih mendapatkan Rp225 juta untuk emas, Rp75 juta untuk perak, dan Rp37,5 juta untuk perunggu.
  7. Untuk asisten pelatih perorangan/ganda mendapatkan Rp300 juta untuk emas, Rp100 juta untuk perak, dan Rp50 juta untuk perunggu.
  8. Para asisten pelatih beregu mendapatkan Rp375 juta untuk emas, Rp125 juta untuk perak, dan Rp62,5 juta untuk perunggu.
  9. Setiap medali kedua dan seterusnya, para asisten pelatih mendapatkan Rp150 juta untuk emas, Rp50 juta untuk perak, dan Rp25 juta untuk perunggu.
Selain berbentuk uang, bonus yang diberikan pemerintah kepada atlet juga berupa pengangkatan status sebagai Pegawai Negeri Sipil dan bonus rumah bagi setiap peraih medali.
Menpora juga menyampaikan, percepatan pencairan bonus bagi peraih medali Asian Games 2018 ini dilakukan sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta dilakukan sebelum keringat atlet mengering.

“Kami pastikan pekan depan bonus atlet peraih medali sudah cair, dan bonus ini diberikan baik bagi atlet maupun pelatih dan asisten pelatihnya,” tegas Menpora sebagaimana dilansir setkab.go.id.

Menpora juga menegaskan seluruh bonus akan dikirim langsung ke rekening masing-masing dan nominal yang akan diterima adalah bonus bersih tanpa potongan pajak.

Hingga berita ini diturunkan jumlah medali yang sudah diraih kontingen Indonesia pada Asian Games XVIII tahun 2018 adalah 30 emas, 23 perak, dan 37 perunggu.

>> tirto.id

Peraih medali emas ke-30 kontingen Indonesia pada Asian Games 2018


Image may contain: 1 person, smiling, text
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Wewey Wita, peraih medali emas ke-30 bagi kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, adalah pesilat putri keturunan Tionghoa dari keluarga yang kurang mampu.
Berikut kisah yang ditulisnya sendiri tentang bagaimana Wewey sampai 'tersesat' ke olahraga pencak silat dan kisah kepahitan hidup keluarganya.
____________________________________
Pencak Silat Memeluk Semua yang Mencintainya
oleh : Wewey Wita
Segala hal tentang hidupku serupa paradoks.
Aku seorang perempuan. Aku berdarah Tionghoa dan papaku warga negara Singapura. Aku bertarung untuk Indonesia.
Ada sebuah streotipe di negara ini bahwa orang-orang Tionghoa pasti mapan dan berada. Tentu saja itu omong kosong. Percayalah, jika situasi ekonomi setiap keluarga ibarat garis start bagi anak-anak yang terlahir darinya, aku mulai jauh, jauh, dari belakang.
Pada mulanya keluarga kami berkecukupan. Namun, suatu ketika Papa, yang berbisnis kayu, ditipu rekannya sendiri. Hidup seketika jadi bak abu di atas tanggul. Segalanya goyah, lalu ambruk. Bank menyita rumah, mobil, dan harta lainnya. Hidup di kota semakin menekan. Kemiskinan mendesak kami ke tepi.
Papa memboyong seluruh keluarganya ke kampung halaman Mama di Ciamis. Tinggal di kota kecil tak serta merta membuat hidup kami membaik. Papa enggan menumpang di rumah nenek karena ia enggan jadi beban. Ia ingin mandiri walau sulit.
Kami tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Papa dan Mama mencoba bangkit berkali-kali, mulai dari berjualan bakso hingga barang-barang kelontong. Kami berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi.
Utang membengkak. Kami bahkan tak sanggup menanggung biaya keperluan sehari-hari seperti beras, minyak, gula dan lain-lain. Suatu kali listrik rumah kami diputus karena pembayaran terlalu lama ditunggak. Bermalam-malam gelap gulita. Untuk mengecas ponsel Papa, satu-satunya alat komunikasi kami, aku terpaksa menumpang di rumah tetangga.
“Memang listrik punya nenek moyang lu?”
Bentakan itu akan selalu tergiang dalam kepalaku.
Papa bernama asli Yeo Meng Tong. Ketika ia masih berduit, orang-orang memanggilnya Mr. Tong dengan lagak manis. Begitu kami kere, orang enteng saja menyapanya Atong. Terkadang malah Otong. Itu membuatku jengkel. Kau tahulah, itu nama yang sering diberikan laki-laki buat alat kelaminnya sendiri.
Bagaimana pun, aku selalu merasa beruntung memiliki Papa yang tangguh dan penyabar. Dia tak pernah menyuruh istri atau anak-anaknya bekerja buat meringankan bebannya. Bahkan hal-hal sepele seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring, sering ia lakukan sendiri.
Aku pernah memergokinya berkata, dengan mesra, kepada Mama: “Biar Papa saja.” Papa adalah pemimpin keluarga kami, dan ia mengerti bahwa pemimpin sejatinya ialah pelayan.
Image may contain: 1 person, closeup
Papa tak banyak bicara. Dia selalu memberi contoh dengan tindakan. Sifat konsekuen papa mulai kutiru sejak aku kecil. Sedari dulu aku sudah menyadari aku harus punya andil dalam keluarga ini.
Sejak kecil aku terbiasa bergaul dengan laki-laki. Aku jago bermain kartu dan gundu. Jika menang, gundu dan kartu mereka yang kumenangkan bisa kujual kembali. Uangnya kuserahkan ke Mama.
Itu bukan satu-satunya trik yang kupunya buat mencari uang. Bukan, bukan beternak tuyul. Dulu, ada snack berharga Rp500 yang kadang berisi hadiah uang Rp.5,000. Di warung langgananku, satu demi satu bungkus snack itu kukocok, kutimbang, kudengarkan bunyinya. Kalau cocok, aku ambil. Jika tidak, dengan polosnya aku akan berlalu meninggalkan penjaga warung yang cemberut karena barang dagangannya aku acak-acak. Konyol, jelas. Naif, mungkin. Tapi kisah itu benar belaka.
Saat aku lahir, Papa menamaiku Yeo Chuwey. Dalam bahasa Indonesia, artinya cukup keren: nomor satu yang paling bersinar. Sayang, kegaduhan politik di Indonesia waktu itu membuat Papa berpikir nama Tionghoa hanya akan membuat hidupku makin sulit. Maka, di akta kelahiranku tertera nama utama yang “lebih Indonesia”: Wewey Wita.
Sampai di sini, setelah mengetahui latar belakang keluargaku, kau mungkin mengira aku seorang atlet badminton, wushu, kungfu, basket, bridge, atau olahraga-olahraga yang telanjur lekat dengan etnis Tionghoa. Salah, aku adalah seorang pesilat.
Pencak silat cenderung lebih dekat dengan identitas keindonesiaan yang dibatasi pada satu entitas yakni etnis Melayu. Berkulit coklat, bukan kuning. Tentu pencak silat sendiri tak melahirkan sekat-sekat itu. Pembatasan, kukira, hanya ada dalam kepala kita. Pencak silat, seperti Indonesia, memeluk siapa saja yang mencintainya, termasuk aku.
Aku sendiri tak menyangka silat bisa jadi bagian dari hidupku. Memang semasa kecil aku biasa bermain dengan anak lelaki dan ikut beragam ektrakurikuler olahraga, mulai dari voli dan basket hingga karate dan taekwondo. Mama selalu memaksaku menampakkan sisi feminin, sampai-sampai dia pernah memaksaku ikut lomba peragaan busana yang diadakan Radio Pitaloka, stasiun radio terkenal di Ciamis.
Aku terpilih sebagai juara 2. Tetapi aku tak peduli. Buatku, berlenggak-lenggok itu tak nyaman. Kurasa bakatku memang olahraga. Semua guru olahraga mengenalku. Dalam berbagai kejuaraan olahraga antar sekolah, namaku selalu muncul dan mereka banggakan. Lalu, terjadilah sesuatu yang mengubah hidupku.
Dalam sebuah pesta perpisahan kakak kelas, seorang guru mendatangiku. Dengan enteng dia bilang: “Wewey, Bapak udah daftarin kamu, ya. Uang pendaftaran sudah masuk. Dua hari lagi pertandingan.”
Tentu aku terbelalak. “Tanding apa, Pak?” kataku. “Silat.”

Aku bingung. Mau membantah takut durhaka. Tapi kalau harus mengembalikan uang pendaftaran, aku tak tahu harus mencari ke mana. Dengan terpaksa, aku menurut.
Hanya ada dua hari untuk belajar. Dan yang lebih ajaib, guru itu hanya mengajariku etiket masuk gelanggang, salam kepada wasit, dan hal-hal sepele lainnya. Sama sekali tak ada teknik pertarungan. Dan, oh, untuk kejuaraan pertamaku itu, meski masih kelas 4 SD, berat badanku melewati ambang batas yang ditentukan. Maka, aku diturunkan melawan anak-anak SMP.
Takut? Jelas. Musuhku adalah atlet-atlet pencak yang punya jam terbang, sedangkan aku cuma berlatih memberi salam selama dua hari. Aku menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamaku berkat teknik tendangan karate. Tendang, tendang, dan tendang. Aku gagal menjadi juara umum, namun saat juara terbaik diumumkan, namaku disebutkan di podium. Sejak saat itulah aku diminta guru-guru menggeluti pencak silat secara serius.
Popwilnas. Popda. Popnas. Satu demi satu kejuaraan berjenjang untuk pelajar itu kuikuti.
Seperti aku jelaskan di awal, hidupku penuh paradoks. Dan itu terjadi lagi di kejuaraan senior pertamaku, saat membela Kabupaten Ciamis di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda).
Dalam sebuah kompetisi, lazimnya kasus pencurian umur terjadi saat si atlet mengurangi umur jagar tak melebihi batasan. Aku malah sebaliknya. Waktu itu, atlet Porda harus berusia 17-35 tahun, sedangkan aku baru 14 tahun. "Kalau kamu siap, gampang, semuanya bisa diurus," kata pelatih kepadaku.
Saat itu, aku tak begitu paham dan peduli apakah yang kulakukan benar. Yang kuinginkan hanya ikut kejuaraan dan berprestasi. Lagi pula, kita sama-sama tahu, sulap-menyulap bukan hal yang aneh di negara ini.
Aku memenangkan emas. Kabar soal pencurian umur yang kulakukan pun bocor dan jadi perbincangan. Namun, orang-orang sepertinya malah bangga sebab seorang atlet berusia dini mampu mengalahkan atlet-atlet yang lebih senior.
Emas Porda itu semestinya berarti bonus Rp10 juta untukku, tetapi yang kuterima hanya Rp7,5 juta—kukira aku tak perlu menjelaskan kepadamu bagaimana itu bisa terjadi. Aku tak mempermasalahkan hakku yang raib, lagi pula Rp7,5 juta bagi seorang anak SMP sepertiku saat itu sudah teramat besar.
Dari titik itulah karierku sebagai atlet pencak silat melejit. Aku bergabung dengan PPLP di Bandung.
Selain Papa dan Mama, aku beruntung memiliki kakek dan nenek yang amat berjasa ketika aku meniti karier di Bandung. Meski sulit, mereka selalu memaksaku menerima uang pemberian mereka, yang aku tahu didapat dengan susah payah.
Saat di Bandung, aku kadang tak bisa makan dengan lahap. Apakah keluarga di Ciamis sudah makan atau belum? Aku merasa telah meninggalkan keluargaku dalam situasi sulit.
Namun, pilihan pelik merantau ke Bandung harus kuambil. Hanya dari sanalah aku bisa berharap membantu Mama, Papa, dan lima adikku menyambung hidup dengan uang saku dan bonus kemenanganku di pelbagai kejuaraan.
Jika boleh jujur, aku sebenarnya sudah letih. 15 tahun aku bertarung, bertarung, bertarung. Aku sadar bahwa menjadi atlet bukan jaminan pasti untuk masa depan—ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang. Namun, di sisi lain, kerja belum selesai, belum apa-apa. Aku akan berhenti hanya jika sudah memberikan prestasi terbaik bagi bangsaku, negaraku: Indonesia.
29 Agustus 2018

>> https://tirto.id/

Profil Man2Tulungagung (New)

28 August 2018

Mukjizat Ganda putra Indonesia Kevin-Marcus

Hasil gambar untuk medali emas bulutangkis asian games
Ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon meraih medali emas Asian Games 2018 di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (28/8).

Kevin/Marcus mendapatkan mukjizat untuk mengalahkan sesama pasangan Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di babak final.

"Puji Tuhan hari ini saya mendapat mukjizat. Saya sudah tertinggal jauh dan akhirnya bisa menang, itu luar biasa. Fajar dan Rian bermain luar biasa, jauh di atas ekspektasi saya," ujar Kevin Sanjaya.

Kevin/Marcus menjadi juara setelah mengalahkan Fajar/Rian 13-21, 21-18, dan 24-22. Marcus mengaku pada game ketiga sempat putus harapan bakal meraih kemenangan.

"Tapi akhirnya mukjizat bisa menang dan di poin-poin akhir kita beruntung bisa menang," tutur Marcus.
Hasil gambar untuk asian games
Bagi Fajar dan Rian, kekalahan dari rekan sesama pelatnas tetap jadi hal yang patut disyukuri. Fajar mengatakan dia dan Rian telah berusaha memberikan yang terbaik dan bermain maksimal.

"Tapi kami sedikit lega karena di pertandingan sebelumnya kita kalah jauh banget dari mereka. Kini bisa sengit," kata Fajar.

Pertandingan berjalan sangat sengit, terutama di poin-poin akhir game ketiga. Dua pasangan ini sempat saling mencatatkan match point, namun masing-masing berhasil memaksakan deuce.

"Tadi kita hanya kalah rezeki. Di poin-poin akhir Minions bermain lebih tenang," ujar Rian.

>> Tribunnews.com


Tiket Penutupan Asian Games 2018 Dijual Secara Online

Hasil gambar untuk asian games
Upacara penutupan (closing ceremony) Asian Games 2018 akan diselenggarakan pada tanggal 2 September 2018 yang berarti hanya tinggal menghitung hari.

Upacara penutupan dipastikan tak akan kalah megahnya dengan opening ceremony Asian Games 2018 beberapa waktu yang lalu.

Hal itu tentu membuat masyarakat bersiap untuk dapat menyaksikan kemegahan gelaran acara tersebut

Melalui akun instagram @asiangames2018, diumumkan beberapa musisi papan atas yang akan tampil di antaranya BCL, Isyana Sarasvati, Ran, Denada, Gigi, Dira Sugansi, Winky Wiryawan, JFlow, Lea Simanjuntak, Siddhart Slathia, Siti Badriah, Jevin Julian, Bams, Alffy Rev, Irfan Samsons, Ade Govinda.

Hasil gambar untuk asian games
Dan yang paling banyak dinantikan oleh masyarakat adalah penampilan dari boy band Korea Selatan Super Junior dan iKon.

Dikutip dari Kompas.com, panitia penyelenggara Asian Games 2018 akan mengalokasikan penyediaan bangku hingga 90 persen untuk umum.

Penjualan tiket upacara penutupan (closing ceremony) Asian Games 2018 dibuka hari ini, Selasa (28/8/2018).

Tiket bisa dibeli di tiga mitra resmi yang telah ditunjuk untuk menyalurkan tiket pertandingan, yaitu

1. Blibli.com

2. Tiket.com

3. Situs web resmi Asian Games (asiangames2018.id)

Tiket penutupan hanya dijual secara online karena bertujuan untuk menghindari antrean panjang dan meminimalkan calo.


Jonatan Christie Selebrasi Buka Baju

Hasil gambar untuk Jonatan Christie
Pebulutangkis Jonatan Christie mengaku spontan atas aksi selebrasi buka bajunya usai mengalahkan pemain Jepang, Kenta Nishimoto. Jojo pun mengaku melakukan hal itu karena emosional bisa melaju ke final. Kini, usai menjadi juara bulutangkis tunggal putra, Jojo kembali melakukan hal sama.

>>detik.com

25 August 2018

Gempabumi Dirasakan Periode 20 - 25 Agustus 2018

Hasil gambar untuk gempa bumi

Berikut daftar gempa bumi yang dirasakan, atara kurun waktu 20 s/d 25 Agustus 2018. Sumber BMKG

#Waktu GempaLintang - BujurMagnitudoKedalamanDirasakan (Skala MMI)
125/08/2018
19:58:04 WIB
1.22 LS 120.53 BT4.76 KmPusat gempa berada di darat 6 km BaratDaya Tambarana-Poso 
III Tambarana
225/08/2018
12:56:46 WIB
8.73 LS 116.17 BT414 KmPusat gempa berada di darat 11 km tenggara Lombok Barat 
III Lombok Barat 
III Lombok Tengah
325/08/2018
11:15:07 WIB
8.28 LS 116.16 BT3.710 KmPusat gempa berada di Laut 16 km BaratLaut Lombok Utara 
III-IV Lombok Utara 
III-IV Lombok Barat 
II Mataram
424/08/2018
01:08:36 WIB
8.26 LS 116.14 BT4.510 KmPusat gempa berada di laut 19 Km Barat Laut Lombok Utara 
III Mataram 
III Lombok Barat 
III Lombok Utara
523/08/2018
12:29:23 WIB
8.1 LS 108.07 BT4.378 KmPusat gempa berada di Laut 50 km BaratDaya Kab.Taskmalaya 
II-III Pangandaran
623/08/2018
10:44:04 WIB
6.51 LS 103.44 BT5.510 KmPusat gempa berada di laut 156 km baratDaya Pesisir Barat Lampung 
III-IV Liwa 
II-III Biha Lampung Barat 
II-III Kota Agung 
II Krui
723/08/2018
10:01:27 WIB
6.36 LS 103.75 BT4.293 KmPusat gempa berada di laut 131 km BaratDaya PESISIRBARAT-LAMPUNG 
II-III Liwa
823/08/2018
05:48:40 WIB
9.48 LS 114.75 BT5.410 KmPusat gempa berada di laut 103 km BaratDaya Denpasar 
III-IV Denpasar 
III Mataram 
III-IV Jimbaran 
III-IV Kuta 
III Lombok Barat 
III Lombok Tengah 
III Lombok Timur 
II-III Jember
922/08/2018
21:50:22 WIB
8.15 LS 116.82 BT5.110 KmPusat gempa berada di laut 49 km Timur laut Lombok Timur 
II Mataram 
II Lombok barat 
II Lombok Tengah 
II Lombok Timur 
II Karangasem
1022/08/2018
17:31:55 WIB
4.52 LS 129.79 BT3.310 KmPusat gempa berada di laut,12 km Barat Banda 
II-III Banda Neira
1121/08/2018
23:04:12 WIB
8.21 LS 116.74 BT4.710 KmPusat gempa berada di Laut 39 km TimurLaut Lombok Timur 
II Mataram 
II Lombok Tengah
1221/08/2018
08:09:24 WIB
8.44 LS 116.94 BT5.110 KmPusat gempa berada di laut 42 km TimurLaut Lombok Timur 
III Lombok Timur 
III Lombok Utara 
III Sumbawa 
III Mataram 
III Lombok Barat 
II Lombok Tengah
1321/08/2018
05:28:36 WIB
8.3 LS 116.49 BT4.510 KmPusat gempa berada didarat 24 km Baratlaut Lombok Timur 
II Mataram
1420/08/2018
23:10:31 WIB
6.94 LS 106.53 BT3.45 KmPusat gempa berada di darat 44 km BaratDaya Kab. Bogor 
II Pelabuhan Ratu
1520/08/2018
17:51:04 WIB
0.98 LU 97.35 BT5.117 KmPusat gempa berada di laut 14 km BaratDaya Nias Barat 
II-III Sirombu 
II-III Gunung Sitoli
1620/08/2018
17:31:34 WIB
8.22 LS 116.49 BT510 KmPusat gempa berada di laut 29 km TimurLaut Lombok Utara 
III-IV Lombok Utara 
III-IV Mataram 
III-IV Lombok Barat 
II Lombok Tengah 
II Lombok Timur 
II Kuta 
II Karangasem
1720/08/2018
17:25:45 WIB
0.89 LS 100.22 BT410 KmPusat gempa berada di darat 32 km Tenggara Pariaman 
II Padang
1820/08/2018
12:46:00 WIB
8.16 LS 116.22 BT4.14 KmPusat gempa berada di laut 25 km Barat Laut Lombok Utara 
III Mataram 
III Lombok Utara 
II Lombok Timur
1920/08/2018
08:30:32 WIB
8.27 LS 116.73 BT5.210 KmPusat gempa berada di laut 32 km TimurLaut Lombok Timur 
III Mataram 
III Lombok Barat 
III Lombok Timur 
III Lombok Tengah 
III Sumbawa 
II Kuta 
II Denpasar 
II Karangasem
2020/08/2018
06:29:55 WIB
8.17 LS 116.51 BT4.810 KmPusat gempa berada di laut 34 km timur laut Lombok Utara 
III Mataram 
II Lombok Barat 
II Lombok Tengah